Perancangan pusat kebudayaan Betawi (DI - 1968)

Chintya, Resya (2019) Perancangan pusat kebudayaan Betawi (DI - 1968). Skripsi thesis, Universitas Tarumanagara.

[img] Text
615150048_Resya Chintya_01 Cover.pdf

Download (237kB)
[img] Text
615150048_Resya Chintya_04 Abstrak.pdf

Download (280kB)

Abstract

Upaya penyelamatan gedung bersejarah yang dilakukan Pemprov DKI gencar dilakukan, salah satunya dengan mempertahankan bekas bangunan yang dulunya merupakan kediaman penguasa Jatinegara di zaman Hindia Belanda, Meester Cornellis, dengan menjadikannya sebagai pusat kebudayaan Betawi. Menurut catatan sejarah yang ada, gedung ini berdiri di atas lahan milik Meester Cornelis Senen yang pertama kali mengembangkan daerah tersebut. Tambahan kata Meester untuk Cornelis Senen merupakan penghargaan masyarakat setempat akan pengadiannya sebagai pengajar Injil, sehingga nama Cornelis Senen jadi sering dipanggil dengan Meester Cornelis. Sebagai pusat kebudayaan yang baru berdiri, masih minim masyarakat yang mengetahui akan keberadaannya. Hal ini tentu disayangkan mengingat arsitektur gedung ini yang cukup mencolok, yaitu sebagai satu-satunya gedung berasitektur kolonial di tengah gedung beraksitektur modern. Dalam kehidupan nyata, masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Masyarakat yang hidup bersama menghasilkan kebudayaan dan kebudayaan tersebut akan selalu melekat dan diturunkan kepada generasi berikutnya. Indonesia sendiri mempunyai sejarah tertulis yang dimulai sejak abad ke-4 M. Pada dasarnya, penduduk Indonesia dianggap terdiri dari masyarakat dengan kebudayaan – kebudayaan sukubangsa lokal yang hanya sedikit berhubungan satu dengan yang lain. Namun selain bercampur dengan kebudayaan lokal, kebudayaan Indonesia sendiri khususnya Betawi banyak mengadaptasi dari budaya luar. Salah satunya adalah kebudayaan Belanda yang masuk dan melebur pada era kolonialisme. Sejarah perkembangan kolonialisme bermula ketika Vasco da Gama dari Portugis berlayar ke india pada tahun 1498. Di awali dengan pencarian jalan ke Timur untuk mencari sumber rempah-rempah perlombaan mencari tanah jajahan dimulai. Proyek perancangan interior Pusat Kebudayaan Betawi sendiri merupakan salah satu upaya yang dilakukan guna menambah daya tarik dengan membentuk citra yang unik antara masa kolonial Belanda dengan kebudayaan Betawi yang dapat menarik minat pengunjung dalam lebih memahami sejarah dan kebudayaan Betawi.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: Skripsi/Tugas Akhir > Fakultas Seni Rupa dan Desain
Divisions: Fakultas Seni Rupa dan Desain > Desain Interior
Depositing User: TDI Family perpus
Date Deposited: 28 Apr 2021 04:15
Last Modified: 28 Jul 2021 13:51
URI: http://repository.untar.ac.id/id/eprint/24797

Actions (login required)

View Item View Item