Manggala, Budi (2012) EFEKTIVITAS TRADING RANGE THEORY SAHAM DARI EMITEN BURSA EFEK INDONESIA SEBAGAI MASUKAN ATAS RENCANA PENERAPAN ATURAN STOCK SPLIT OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN. Karya Ilmiah Dosen. pp. 11-25.
|
Text
2054-4486-1-SM.pdf - Published Version Download (240kB) | Preview |
Abstract
Penelitian ini, dipicu (problem trigger) oleh dua release news dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diberbagai media online. Yang pertama adalah himbauan OJK agar Emiten dengan harga sudah diatas seratus ribu rupiah melakukan stock split agar pasar lebih likuid. Empat emiten tersebut ditenggarai adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) yang harga sahamnya mencapai Rp 900 ribu per lembar saham, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) Rp 285 ribu per lembar saham, PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) Rp 234 ribu per lembar saham, dan PT Merch Sharp Dohme Pharma Tbk (MERK) Rp 152 ribu per lembar saham. Yang kedua adalah Pernyataan Deputi Komisioner Bidang Pengawas Pasar Modal I OJK, Robinson Simbolon, yang isinya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyiapkan aturan baru, berisi rekomendasi bagi emiten yang harganya sudah terlalu tinggi untuk bersedia memecah nominal sahamnya (stock split).Dalam Teori investasi, alasan stock split karena harganya sudah terlalu tinggi atau mahal adalah identik dengan trading range theory.Untuk validitas tujuan penelitian tersebut, Dari sekian banyak emiten yang sudah melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia, dilakukan metode purposive sampling technique, yaitu untuk tujuan menguji efektivitas trading range theory sengaja dipilih sampel dengan kondisi yang relatif sama. Dalam hal ini, penulis memilih dua emiten yaitu PT. Ciputra Development TBK (CRTA) dan PT. Intiland Development TBK (DILD). Kedua emiten tersebut dipilih karena kondisinya relatif sama, yang kesamaannya meliputi, sama sama emiten di bidang properti, sama sama melakukan stok split dengan rasio 1:2, dan sama sama melakukan stock split di tahun 2010. Dan untuk menguji konsistensi trading range theory, didukung oleh informasi data, dimana DILD kondisi sebelum stock split dengan harga yang memang sudah dianggap mahal (alasan melakukan stock split karena faktor trading range theory), disisi lain CRTA tidak dalam kondisi mahal (alsan melakukan stock split karena faktor selain faktor trading range theory)Tahap pengujian statistic meliputi, uji normalitas (Kolmogorov–Smirnov test) untuk melihat distribusi datanya sebagai syarat pemilihan wilcoxon test atau parametrix test, uji t paired test dari dari masing masing emiten (DILD dan CRTA) untuk melihat likuiditas harga setelah stok split, dan untuk melihat efektivitas faktor independen trading range theory diiuji dengan wilcoxon sign rank testDan hasil penelitian ini ternyata hipotesa nol ditolak yang artinya ada perbedaan yang nyata antara CTRA dengan DILD, sehingga di Bursa Efek Indonesia yang harus dipertimbangkan oleh OJK tidak hanya faktor harga saham yang sudah dianggap mahal (esensi trading Range Theory) tetapi harus mempertimbang faktor selain trading Range Theory yang relatif banyak variabel indipendennya. Jadi berdasarkan hasil penelitian ini, keputusan emiten untuk melakukan stock split tetap didasarkan atas mekanisme pasar dan tidak perlu dengan regulasi aturan mewajibkan stock split karena untuk kasus di Bursa Efek Indonesia didasarkan atas hasil penelitian ini tidak akan efektif
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Penelitian > Fakultas Ekonomi |
Divisions: | Fakultas Ekonomi > Akuntansi Fakultas Ekonomi > Manajemen |
Depositing User: | Puskom untar untar |
Date Deposited: | 04 Apr 2017 01:45 |
Last Modified: | 04 Apr 2017 01:45 |
URI: | http://repository.untar.ac.id/id/eprint/286 |
Actions (login required)
View Item |