Analisis sosial ekonomi backpacker tourism (studi kasus Kawasan Jaksa, Jakarta)

Megawaty, Megawaty (2010) Analisis sosial ekonomi backpacker tourism (studi kasus Kawasan Jaksa, Jakarta). Masters thesis, Universitas Tarumanagara.

[img]
Preview
Text
3.pdf - Published Version

Download (20kB) | Preview
[img] Text
ABSTRAK TESIS MTP Megawaty.pdf

Download (52kB)

Abstract

Keberadaan jalan jaksa dapat dilihat dari percampuran masyarakat lokal dengan turis-turis. Fenomena ini sebagian dari ”living culture” yang sesungguhnya dirindukan para wisman dan lokal, kehidupan di Jalan Jaksa terlibat ramai pada pukul lima sore, Jalan Jaksa yang sudah ”terkenal ke seluruh dunia”, yang utama tentulah suasana ”mingling” (keakraban/pergaulan) yang tampak dinikmati oleh para pejalan kaki lalu lalang dan disinilah terjadi percampuran masyarakat lokal dengan turis-turis. Ada yang memang sedang tinggal di hotel-hotel kecil dan penginapan. Turis-turis yang tinggal di Jalan Jaksa tampak teridri dari kalangan usia muda dan dapat dilihat mereka suka akan suasana pertemuan lokal seperti itu. Biasanya mereka duduk-duduk di beranda rumah makan dan minum, seperti layaknya dijumpai di suasana panjtai di Kuta Bali/ atau seperti sedang menikmati minum dan cengkerama seperti mebggambarkan negaranya Eropa atau Amerika atau Australia atau Jepang , seperti suasana musim panas. Masyarakat Jakarta dari kawasan lain juga berkunjung. Ada ”bule”, tampak duduk di bawah tenda dan menikmati makanan ”local cuisine” : nasi bercampur ikan goreng dengan gulai kacang panjang dan jengkol. Suasan di jalan aspal bebas mobil motor, anak-anak bermain sepeda, mobil-mobilan, suasna kehidupan masyarakat lokal yang dapat menjadi daya tarik menjelang malam tiba, ketika wisata malam Jalan Jaksa akan tersajikan. Minum, omong-omong sambil duduk atau berdiri, diantara sesama turis, juga bersama orang-orang lokal. Kalau tidak, mereka tentulah pergi berjalan-jalan keliling kota Jakarta. Atau tinggal di hotel masing-masing. Terdapat beberapa hotel dan penginapan kecil, hampir tergolong ”home stay”. Dan ada beberapa hotel berupa gedung bertingkat tiga dan empat saja. Jalan Jaksa Jakarta di tengah masyarakat ibikota yang boleh dikatakan masyarakat tingkat menengah ke bawah, dan belumlah sepadat seperti pantai Kuta di Bali dilihat dari jumlah wisman. Pantai Kuta sebagai dimaklumi sudah teramat didominasi oleh jumlah wisman sehingga pernah dijuluki Australian village. Lagimpula, sepanjang hari sepanjang tahun, daya dukung lingkungan pantai Kuta seolah ”berat terbebani” memikul kepadatan dan hingar bingar. Jalan Jaksa, sekalipun selalu disebut disetiap buku bacaan internasional mengenai wisata ke Jakarta, menjadi salah satu ikon dan pencitraan Jakarta, memang pantasnya cukup dibatasidengan jumlah kamar hotel dan home-stay yang kini tersedia. Merujuk teori klasik ekonomi, jika diperbanyak lagi jumlah kamar penginapan sehingga daya dukung permukiman sekitar Jalan Jaksa itu ”lebih berat terbebani”, maka akan bisa berlaku teori ”the point of diminishing return”. Niali kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh. Jalan Jaksa adalah berupa jalan biasa di perkotaan, panjangnya pasti tak sampai limaratus meter, justru terletak beberapa ratus meter saja dari Istana Wakil Presiden dan Kantor Gubernur DKI Jakarta, atau jarak berjalan kaki ke Jalan MH Thamrin. Sungguh berada di tengah pusat Jakarta. Di balik Jalan Jaksa berdiamlah masyarakat dengan rumah

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: Tesis
Tesis > Pascasarjana
Divisions: Pascasarjana
Depositing User: Puskom untar untar
Date Deposited: 12 May 2017 03:16
Last Modified: 28 May 2021 05:07
URI: http://repository.untar.ac.id/id/eprint/711

Actions (login required)

View Item View Item