Surya, Galant Giatica Eka (2023) Se-ngayun di Cisadane: mengangkat budaya pecinan yang melebur di pasar lama Tangerang (ARS - 5299). Skripsi thesis, Universitas Tarumanagara.
Text
315180144_GALANT_Cover.pdf Download (80kB) |
|
Text
315180144_GALANT_Pengesahan.pdf Download (268kB) |
|
Text
315180144_GALANT_Daftar Isi.pdf Download (123kB) |
|
Text
315180144_GALANT_Bab 1.pdf Restricted to Repository staff only Download (120kB) |
|
Text
315180144_GALANT_Bab 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (326kB) |
|
Text
315180144_GALANT_Bab 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (109kB) |
|
Text
315180144_GALANT_Bab 4.pdf Restricted to Repository staff only Download (3MB) |
|
Text
315180144_GALANT_Bab 5.pdf Restricted to Repository staff only Download (3MB) |
|
Text
315180144_GALANT_Daftar Pustaka.pdf Download (47kB) |
Abstract
Kawasan Pecinan Pasar Lama Tangerang merupakan daerah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kota Tangerang dimana Sungai Cisadane memiliki peran dalam perkembangan kota ini. Daerah ini menyimpan sejarah penyebaran suku Tionghoa yang kemudian saling melebur dengan penduduk lokal yang menghasilkan peranakan dan kebudayaan baru yang dikenal dengan Suku Cina Benteng. Beberapa bangunan bersejarah seperti Benteng Heritage Museum, Klenteng Boen Tek Bio dan Masjid Jami’ Kalipasir sebagai bukti penyebaran agama Konghucu dan juga agama Muslim di kawasan ini. Daerah ini juga dikenal dengan Kampung Pecinan maka banyak ditemukan beberapa bangunan bergaya pecinan di daerah ini. Namun sekarang daerah ini mengalami degradasi lingkungan, sosial dan mental dimana banyak bangunan bersejarah yang kurang terawat dan rusak, tidak adanya perhatian khusus dalam menjaga kebudayaan dan sejarah kawasan, dan kawasan yang mulai berganti fungsi. Sekarang kawasan ini lebih dikenal sebagai pasar tradisional dan pusat kuliner. Kawasan ini merupakan daerah wisata menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang no. 6 tahun 2019. Namun karena pengembangannya yang terlalu terfokus pada daerah pusat kuliner dan area pasar akibatnya daerah ini mengalami kepadatan di satu titik dan variasi wisata yang dihadirkan cenderung minim dan dinikmati dalam waktu singkat. Sungai Cisadane yang dahulu merupakan daerah aktif yang menjadi jalur transportasi air yang sekarang sudah tidak gunakan lagi. Melalui pendekatan akupunktur perkotaan, proyek rancangan ini berusaha memberikan solusi aktivitas baru yang mendukung aktivitas yang sudah ada dengan mengembangkan titik-titik potensi wisata yang sudah ada. Sehingga kawasan mampu memberikan variasi aktivitas berwisata yang lebih beragam. Proyek rancangan akan mengedepankan kebudayaan lokal yang saling melebur (kebudayaan Betawi, Sunda dan Tionghoa) dengan beberapa intervensi yang lebih modern sesuai perkembangan zaman sehingga kebudayaan lokal ini mampu bertahan seiring dengan berkembangnya zaman. Kebudayaan lokal diangkat sebagai fokus utama dalam memberikan usulan-usulan rancangan dengan tujuan untuk menjadikan identitas untuk kawasan itu sendiri. Sehingga kawasan ini mampu memberikan dampak yang lebih positif dan menyeluruh untuk masyarakat sekitar maupun masyarakat luas. Kata Kunci : Degradasi, Keseharian, Pusat Kebudayaan, Aktivitas Penunjang, Penataan Ulang Kawasan.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | Skripsi/Tugas Akhir Skripsi/Tugas Akhir > Fakultas Teknik |
Divisions: | Fakultas Teknik > Teknik Arsitektur |
Depositing User: | TDI Family perpus |
Date Deposited: | 07 Mar 2023 06:06 |
Last Modified: | 08 May 2023 07:43 |
URI: | http://repository.untar.ac.id/id/eprint/39041 |
Actions (login required)
View Item |